digital vs bijipel

koplak sempat terbengong-bengong saat menyadari bahwa speedometer di kendaraan saya sudah digital. “wah, speedonya sudah digital …” katanya. ya, itu beberapa waktu lalu saat kami beli bensin untuk kendaraan koplak yang kehabisan bensin setiba di rumah saya. **plis deh, boros amat tu yahaha**

lagi, koplak menunjukkan keheranannya atas speedo yang digital, tak lama setelah saya menyalakan tunggangan saya. dibandingkan dengan kendaraannya,  yahaha milik koplak masih pake jarum kuno begitu speedometer nya. untuk hal ini, saya merasa diatas angin. kendaraan saya lebih canggih darinya.

“punyaku lebih canggih lagi donk, `bijipel’, bukan digital …” katanya.

hah, bijipel?

saat saya mencoba menagih untuk melihat kecanggihan speedometer bijipel-nya dari digital saya, dia menolak.

“belum saatnya …” katanya.

halah. itu pasti bijipelnya engga digital. itu pasti bijipelnya masih kuno, bikinan 1977. itu pasti bijipelnya masih belum digital.  🙂

BKT, dog walking, pacaran, makan jagung

saya berencana bersepeda ke rumah koplak, dari hunian saya. melihat BKT, saya langsung ingin menggenjot pedal saya menyusuri BKT yang naik turun dengan pemandangan asri itu. yah, mumpung belum banyak sampah. mumpung belum banyak pedagang.

saya lihat sepanjang BKT itu konbloknya juga masih bagus. belum ada yang grumpil. pepohonan masih batita, sedang ditumbuhkembangkan. beberapa halte memang sudah dicoretin dengan pilox, tapi setidaknya tempat duduknya masih bisa buat berteduh untuk mampir ngaso.

saya melihat asap di beberapa titik. rupanya penjual jagung. ada gelaran tikar disana, walau cuma secuplik. beberapa anak muda terlihat menyenderkan kendaraan disana, berbincang, pacaran.

“bagaimana mereka pamit sama orang tua mereka ya? ‘pak, bu, mau pacaran di BKT’. begitu ya?” tanya saya pada koplak. koplak cuma ketawa.

ah, ide bagus juga sih, pacaran di BKT sambil dog walking. lhah, ketimbang sambil ciuman diatas kendaraan yang di senderkan? kayaknya lebih seru sambil bawa gendon dan bagong.

yuk!

 

dawet cinta

mendoan, es dawet hitam bergula merah. ya, beberapa hari ini saya menyukainya dan  menyambangi warungnya bersama koplak selama saya ada di rumah koplak.

warung dawet itu juga menawarkan menu makan berat lain. ada mi godog jowo, tahu tek, rujak cingur, dan masih banyak lagi. nama warungnya engga jauh dari menu makanan yang ditawarkan: kangen kampung.

awalnya saya menolak es dawet itu. tapi melihat koplak menyeruput dengan nikmatnya. wah, masa sih saya engga mencobanya. sekali mencoba, wah, besoknya mau datang lagi, dan datang lagi.

“engga bosen?” tanya koplak. engga sih. mendoan tipis-nya enak. gorengannya pas. sementara dawetnya juga tidak terlalu manis. takaran gula merahnya juga tepat.

dawet cinta.

jingle yahaha

ternyata yahaha punya jingle.

“yahaha … tet tet tet tet tet tet … yahaha … tet tet tet tet tet tet … yahaha … tet tet tet tet tet tet … yahaha … tet tet tet tet tet tet … ”

coba nyanyikan itu dengan jingle lawas aqua. hanya saja, dinyanyikan dengan suara sumbang. iya, sumbang. ah, kurang jelas? SUMBANG.

🙂

Calendar

May 2024
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Archives

Categories